25.6.12

Apakah Kenikmatan yang Didapat Wanita Ahli Surga Berbeda dengan Pria Ahli Surga?

Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata, bahwa Allah Azza wa Jalla hanya menyebutkan istri bagi suami (dalam surga) karena suami biasanya yang mencari dan dialah yang menginginkan terhadap wanita, oleh karena itu disebutkan istri-istri bagi para pria di dalam surga dan tidak disebutkan suami-suami bagi kaum wanita. Akan tetapi hal itu tidak bermakna mereka wanita tidak mendapatkan suami, namun mereka memiliki suami dari bangsa manusia.

Wanita di dunia tidak terlepas dari keadaan-keadaan berikut yaitu:

1. Apabila wanita tersebut meninggal sebelum menikah yakni masih perawan,maka di surga kelak Allah Azza wa Jalla akan menikahkan wanita tersebut dengan dengan seorang laki dari penduduk bumi berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

عن محمد قال‏:‏ اما تفاخروا واما تذاكروا‏:‏ الرجال في الجنة اكثر ام النساء‏؟‏ فقال ابو هريرة‏:‏ او لم يقل ابو القاسم صلى الله عليه وسلم ‏"‏ان اول زمرة تدخل الجنة على صورة القمر ليلة البدر‏.‏ والتي تليها على اضوا كوكب دري في السماء‏.‏ لكل امرئ منهم زوجتان اثنتان‏.‏ يرى مخ سوقهما من وراء اللحم‏.‏ وما في الجنة  أعزب‏؟‏‏"‏

Dari Muhammad berkata: “Apakah mereka saling berbangga atau saling mengingatkan: kaum laki di surga lebih banyak atau wanita? Maka Abu Hurairah berkata: Bukankah Abul Qasim shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kelompok pertama yang masuk surga menyerupai bentuk bulan purnama, kemudian yang berikutnya secerah cahaya bintang di langit, setiap orang di sana memiliki dua orang istri, di mana dia dapat melihat sumsum mereka dari balik dagingnya. Dan di surga tidak ada bujangan” (HR Muslim No. 5062 Juz: 13 hal: 467, Maktabah Syamilah).

Syaikh Utsaimin berkata: “Apabila wanita tersebut belum pernah menikah di dunia maka Allah akan menikahkannya dengan laki-laki yang disukainya di surga. Karena kenikmatan di surga tidak hanya terbatas untuk kaum laki saja, namun juga untuk kaum laki dan wanita, di mana yang termasuk kenikmatan: adalah menikah.

2. Kondisi nomor satu di atas juga berlaku bagi wanita yang meninggal namun bercerai.

3. Kondisi nomor satu di atas berlaku pula bagi wanita yang suaminya bukan termasuk penghuni surga.

Syaikh Utsaimin berkata: “Apabila wanita tersebut termasuk ahli surga dan belum menikah, atau suaminya bukan termasuk ahli surga, maka apabila dia masuk surga maka di surga ada kaum laki-laki yang belum menikah sebelumnya, maka dia menikah dengan salah satu wanita tersebut.

4. Adapun wanita yang meninggal setelah menikah –dia termasuk ahli surga– maka dia menikah dengan mantan suaminya di dunia.

5. Adapun wanita yang suaminya meninggal lalu dia tidak menikah lagi setelah itu sampai dia meninggal maka wanita itu menjadi istrinya di surga.

6. Adapun wanita yang suaminya meninggal lalu dia menikah lagi sesudahnya maka wanita tadi menjadi istri bagi suaminya yang terakhir meskipun wanita tadi sudah berkali-kali menikah, maka sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

عن ميمون بن مهران قال : خطب معاوية رضي الله عنه أم الدرداء ، فأبت أن تزوجه و قالت : سمعت أبا الدرداء يقول : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " المرأة في آخر أزواجها أو قال : لآخر أزواجها " أو كما قالت - و لست أريد بأبي الدرداء بدلا ) ( سلسلة الأحاديث الصحيحة للألباني).

Dari Maimun bin Mihran berkata: Mu’awiyah radhiyallahu anhu melamar istri Abu Darda’, namun dia tidak menerimanya dan berkata: Aku mendengar Abu Darda’ berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Wanita bersama suaminya yang terakhir,” dia berkata: dan aku tidak ingin pengganti untuk Abu Darda’ (hadits shahih dikeluarkan oleh Abu Ali Al-Harrani Al-Qusyairi dalam Tarikhul Riqqah (2/39/3) Silsilah Ahadits Shahihah karangan Syaikh Albani 3/25).

Juga berdasarkan perkataan Hudzaifah radhiyallahu anhu kepada istrinya:


عن حذيفة – رضي الله عنه – لامرأته : ( إن شئت أن تكوني زوجتي في الجنة فلا تزوجي بعدي فإن
المرأة في الجنة لآخر أزواجها في الدنيا فلذلك حرم الله على أزواج النبي أن ينكحن بعده لأنهن أزواجه في
الجنة)).أخرجه البيهقي في السنن

Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu berkata kepada istrinya: “Jika kamu ingin menjadi istriku di surga maka jangan menikah lagi sesudahku: karena wanita di surga bersama suaminya yang terakhir di dunia oleh karena itu Allah mengharamkan kepada istri-istri Nabi untuk menikah lagi sesudahnya karena mereka adalah istri-istri Beliau di surga,” (dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Sunannya (7/69-70).

Permasalahan: Sebagian mungkin berkata: bahwa dalam doa jenazah kita mengucapkan: "Dan gantilah untuknya suami yang lebih baik dari suaminya." Tapi apabila dia menikah, bagaimana kita mendoakannya sedangkan kita tahu bahwa suaminya di dunia adalah suaminya di surga dan apabila dia belum menikah maka di mana suaminya?

Jawabannya: Sebagaimana dikatakan Syaikh Utsaimin rahimahullah: Jika dia belum pernah menikah maka yang dimaksud yang lebih baik dari suaminya adalah suami yang telah ditentukan untuknya jika dia masih hidup, adapun jika dia pernah menikah maka yang dimaksudkan yang lebih baik dari suaminya yakni lebih baik dalam sifatnya di dunia karena pergantian adalah dengan mengganti zatnya sebagaimana jika kita menukar seekor kambing dengan unta misalnya, begitu juga dengan menggantikan sifatnya sebagaimana seandainya saya berkata kepada anda
(semoga Allah mengganti kekufuran orang ini dengan keimanan, begitu pula seperti dalam firman Allah Ta’ala:

ويوم تبدل الأرض غير الأرض والسماوات 
"(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa" (Qs. Ibrahim 48).

Maksudnya buminya tetap bumi yang sama, akan tetapi dibentangkan dan langit pun tetap langit yang sama akan tetapi dibelah.


Wanita Dunia yang Sholehah Lebih Mulia dari Bidadari Surga


Imam Ath-Thabrany mengisahkan sebuah hadis dari Ummu Salamah. "Wahai, Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli?" Beliau menjawab, "Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, serta rambutnya berkilau seperti sayap burung nasar."

"Lalu, bagaimana tentang firman Allah, 'Laksana mutiara yang tersimpan baik'." (QS Alwaqi'ah [56]: 23). Jawabnya, "Kebeningannya seperti mutiara di kedalaman lautan yang tidak pernah tersentuh tangan manusia."

"Jelaskan lagi kepadaku firman Allah, 'Di dalam surga-surga itu, ada bidadari-bidadari yang baik-baik dan lagi cantik-cantik'." (QS Arrahman [55]: 70). Beliau menjawab, "Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita."

Saya berkata lagi, "Jelaskanlah firman Allah, 'Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik'." (QS Ashshaffat [37]: 49). Beliau menjawab, "Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar."

"Manakah yang lebih utama, wanita dunia atau bidadari yang bermata jeli?" Rasulullah berkata, "Wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak dengan apa yang tak tampak."

"Karena apa wanita dunia lebih utama dari mereka?" Beliau menjawab, "Karena, shalat, puasa, dan ibadah mereka. Sehingga, Allah meletakkan cahaya di wajah mereka. Tubuh mereka seperti kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas."

Simple logic-nya gini deh: anda lebih respect atau kagum kepada orang yang mendapat kekayaan karena kerja keras atau orang yang kaya karena warisan? Itulah perbandingan wanita dunia yang sholehah dengan bidadari surga.

Selanjutnya tentang apakah sama kenikmatan surga yang dirasakan oleh wanita dan laki-laki?

Kalau dilihat sekilas, banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan kenikmatan surga lebih ditujukan bagi laki-laki. Mereka dijanjikan bidadari yang cantik jelita dan berbagai kenikmatan luar biasa lainnya. Lalu apa yang akan didapatkan para wanita di sana? Apakah mereka mendapatkan pengganti dari suami-suami mereka dahulu.? Dan apakah nikmat yang akan diperoleh mereka tidak lebih baik dari yang akan diterima kaum Adam?

Tidak diragukan lagi bahwa pahala di dalam surga yang banyak terdapat dalam al-Qur’an bersifat umum, mencakup laki-laki dan perempuan.

Firman Allah Ta’ala:

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ

"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain." (QS. Ali-Imran: 195)

وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.” (QS. an-Nisa’: 124)

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl: 97)

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. al-Ahzab: 35)

Allah telah menyebutkan bahwa mereka kaum mukminin laki-laki dan perempuan akan masuk surga semua.

هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلَالٍ عَلَى الْأَرَائِكِ مُتَّكِئُونَ

Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.” (QS. Yaasin: 56)

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ

Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan." (QS. az-Zukhruf: 70)

Bahkan Allah juga mengabarkan akan  mengulangi lagi penciptaan para wanita penghuni surga.

إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً  فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا

Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.” (QS. al-Waqi’ah: 35-36)

Maksudnya yaitu Allah akan mengulangi lagi penciptaan para wanita yang sudah renta. Allah menjadikan mereka belia lagi sebagaimana menjadikan para lelaki yang sudah tua menjadi muda. Dan telah dijelaskan di dalam hadits bahwa para wanita dunia di surga lebih mulia daripada para bidadari yang cantik jelita karena ibadah dan ketaatan mereka.

. . . bahwa para wanita dunia di surga lebih mulia daripada para bidadari yang cantik jelita karena ibadah dan ketaatan mereka.

Para wanita mukminat masuk surga sebagaimana kaum lelaki. Jika mereka pernah dinikahi oleh beberapa laki-laki, dan mereka semua masuk surga bersamanya, ia berhak memilih di antara mereka, lalu ia akan memilih yang terbaik akhlaknya.

Para wanita di surga mendapatkan laki-laki ahli surga. Sedangkan laki-laki ahli surga itu lebih baik daripada para bidadari. Dari sini, maka boleh jadi pahala yang akan diperoleh wanita ahli surga lebih besar daripada yang diperoleh oleh laki-laki penghuni surga, dari sisi pasangannya.

Wanita ahli surga lebih mulia daripada bidadari, para wanita di surga mendapatkan laki-laki ahli surga.
Sedangkan laki-laki ahli surga itu lebih baik daripada para bidadari.

wallahu'alam bishowab....


Menjawab Tuduhan Alquran Bukanlah 100% Firman Allah

Pertama-tama camkan dulu ayat-ayat ini:

SURAT AN-NISA'
[4:82] Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
Seluruh ayat Al-Quran adalah firman yang diturunkan oleh Allah SWT.

SURAT AL-HIJR
[15:9]Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
[15:10]Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (beberapa rasul) sebelum kamu kepada umat-umat yang terdahulu.
[15:11]Dan tidak datang seorang rasul pun kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.

SURAT AL-WAQI’AH
[56:77] sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia,
[56:78] pada kitab yang terpelihara (Lohmahfuz),
[56:79] tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.
[56:80] Diturunkan dari Tuhan semesta alam.
[56:81] Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al Qur’an ini?,

SURAT AL-QADR
[98:1] Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan.
[98:2] Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
[98:3] Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
[98:4] Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
[98:5] Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

SURAT AL-FATIHAH SELURUHNYA ADALAH FIRMAN ALLAH

Surat Al-fatihah adalah surat yang pertama didapatkan dalam Al-Quran. Inilah surat Al-fatihah:
سورة الفاتحة
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,
Yang menguasai hari pembalasan.
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolonganTunjukilah kami jalan yang lurus,

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
(QS.Al-Fatihah :1-7)

Anda berkata bahwa surat Al-Fatihah bukan firman Tuhan tetapi perkataan Muhammad, karena didalam surat tersebut terdapat ungkapan “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolonganTunjukilah kami jalan yang lurus,”.

Jawab:

Pada ayat itu tetap saja Allah-lah yg berfirman melalui malaikat Jibril, namun dalam kalimatnya Allah menyuruh nabi Muhammad mengajak seluruh umatnya untuk berdoa meminta ditunjukan jalan yg lurus bukan berarti itu perkataan nabi Muhammad.

SURAT AN-NAML:91

“Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. [QS. An-Naml:91]
Kristener mempertanyakan:
Kata "aku" dalam ayat tersebut  adalah kata ganti untuk Muhammad.
Kenapa ada perkataan Muhammad dlm Alqur'an? berarti Alqur'an bukan murni firman Allah

Jawabannya:
Redaksi kalimat yang menggunakan kata “aku” yang menunjukan sebagai kata ganti  “Muhammad” bukan berarti kehendak rasulullah sendiri untuk berbicara seperti itu. Tapi itu adalah perintah Allah yang diwahyukan melalui malaikat jibril.
Sebenarnya sederhana saja, katakanlah didalam injil, isinya adalah banyak yang bukan perkataan Yesus, layaknya sebuah biografi dimana Lukas, Yohanes, Matius atau Markus menceritakan kejadian saat Yesus masih ada. Misalnya saja dikatakan, ketika Yesus berjalandan seterusnya, itu kan bukan perkataan Yesus, tetapi ceritera dari si penulis untuk menjelaskan apa yang terjadi saat itu.

Berbeda dengan al-Quran semua isinya adalah wahyu yang disampaikan Nabi Muhammad saw. Masalahnya memang pengertian 'wahyu' atau firman antara Islam dengan Kristen berbeda. Kalau  umat Kristen bilang bahwa firman itu dapat berupa mimpi atau inspirasi yang didatangkan Tuhan kepada sang rasul untuk kemudian rasul tersebut menyampaikannya dengan gaya bahasa masing-masing

Sedangkan kalau  menurut Islam, pengertian wahyu adalah  firman Allah yang disampaikan secara tidak langsung (melalui perantaraan Jibril) kepada Muhammad. Muhammad menyampaikan persis dengan yang ia dengar dari Jibril, jadi beliau tidak menyampaikan dengan gaya bahasanya sendiri.

AYAT 104 SURAT AL-AN’AM ADALAH FIRMAN ALLAH

Untuk mengetahui apakah ayat itu adalah firman Allah atau bukan maka mari melihat ayat-ayat sebelum dan sesudahnya.


[6:92-107] Dan ini (Al Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Umulkura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Qur’an), dan mereka selalu memelihara shalatnya.
Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah”. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.
Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami kurniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafaat yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).
Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.
Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): “Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan”, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.
Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka Barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudaratannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara (mu).
Demikianlah kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami supaya (orang-orang yang beriman mendapat petunjuk) dan yang mengakibatkan orang-orang musyrik mengatakan: “Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab)”, dan supaya Kami menjelaskan Al Qur’an itu kepada orang-orang yang mengetahui.
Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.

JIKA AYAT-AYAT DIATAS DIBACA SECARA CERMAT MAKA SANGAT NYATA KELIHATAN BAHWA AYAT 104 JUGA FIRMAN ALLAH. JELAS SEKALI ALLAH YG MENYURUH NABI MUHAMMAD UNTUK BICARA SEPERTI ITU. MAKANYA BACA AYAT TUH JANGAN SEPOTONG-SEPOTONG!!!

PERSOALAN YANG TIDAK PERNAH DIMENGERTI OLEH KAFIR DALAM AL-QURAN ADALAH “DHAMIR” ATAU KATA GANTI. PENGINJIL ADALAH SALAH SATU CONTOH KAFIR YANG TIDAK PAHAM DENGAN KATA GANTI INI.

Al-Quran adalah firman Allah, isi dan kandungan Al-Quran adalah wa’ad, wa’id, kisah, pengajaran, amaran, larangan, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Ketika Allah menceritakan kisah yang terjadi pada masa lampau, umpamanya kisah durhakanya iblis kepada Allah ketika diperintah sujud kepada Adam, iblis enggan dan berkata; “aku lebih baik dari pada Adam”. Siapakah “aku”? “aku” yang dimaksud adalah Iblis. Siapa yang mengatakannya? Yang mengatakannya adalah yang menceritakannya. Siapa yang menceritakan? Yang menceritakan adalah Allah. Dengan demikian maka kata “aku” adalah perkataan Allah bukan perkataan Iblis.

Begitu juga dengan pengajaran yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad sang penerima wahyu Al-Quran. “Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara (mu).” Siapakah “aku”?. “aku” adalah Muhammad. Siapa yang mewahyukannya? Yang mewahyukan adalah Allah, karena tidak ada wahyu kecuali dari Allah Tuhan yang Esa pemilik semesta alam. Siapa yang membaca ayat tersebut? Nabi Muhammad. Kata-katanya bukan dari Nabi Muhammad tetapi dari Allah. Dengan demikian maka “Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara (mu).” Adalah firman Allah yang dibaca oleh Nabi Muhammad. Allah yg menyuruh Nabi Muhammad berbicara seperti itu.

Jika anda mengatakan ayat Alqur’an bukan firman Allah tetapi perkataan Muhammad maka kepada anda dipersilakan untuk membuat satu surat yang semisal ayat 104 surat Al-An’am itu dan ajaklah bapak, ibu, kakek, nenek, mertua, menantu dan setan-setan sembahan anda.

BEGITU PULA PADA AYAT-AYAT YANG LAIN, BAIK YANG DISEBUT OLEH ANDA DALAM TULISANNYA ATAU YANG TIDAK DISEBUT. TIDAK PERLU DIURAIKAN SATU PERSATU KARENA PRINSIP DAN PENYEBABNYA ADALAH SAMA. PENYEBAB KEBODOHAN YANG TERJADI PADA ANDA ADALAH KARENA MENGAMBIL AYAT SEPOTONG-SEPOTONG YANG KIRA-KIRA DAPAT DIPUTAR BALIKKAN MAKSUD DAN TUJUANNYA.

Berhentilah mencari-cari kelemahan Al-Quran karena apa yang anda cari tidak akan pernah anda temui karena yang anda cari adalah sesuatu yang tidak ada. Jangan sampai “arang habis besi binasa”. 
Ingat Firman Allah Dalam Al-Quran Kitab Suci Umat Islam..!!
[2:23-24] Dan Jika Kamu (Tetap) Dalam Keraguan Tentang Al Qur’an Yang Kami Wahyukan Kepada Hamba Kami (Muhammad), Buatlah Satu Surat (Saja) Yang Semisal Al Qur’an Itu Dan Ajaklah Penolong-Penolongmu Selain Allah, Jika Kamu Orang-Orang Yang Benar. Maka Jika Kamu Tidak Dapat Membuat (Nya) Dan Pasti Kamu Tidak Akan Dapat Membuat (Nya), Peliharalah Dirimu Dari Neraka Yang Bahan Bakarnya Manusia Dan Batu, Yang Disediakan Bagi Orang-Orang Kafir.


JIKA ANDA MENGATAKAN ALQUR’AN BUKAN FIRMAN ALLAH TETAPI PERKATAAN MUHAMMAD MAKA KEPADA ANDA DIPERSILAKAN UNTUK MEMBUAT SATU SURAT YANG SEMISAL AL-FATIHAH ITU DAN AJAKLAH BAPAK, IBU, KAKEK, NENEK, MERTUA, MENANTU DAN SETAN-SETAN SEMBAHAN ANDA, SEKARANG.!!!

SEKARANG KITA BAHAS APAKAH BIBLE YG SEKARANG ITU FIRMAN TUHAN

 APA KRITERIA SUATU KISAH BISA DIMUAT DALAM ALKITAB..???

Sekarang pertanyaan untuk para kristener, apa kriteria suatu kisah yang ditemukan dalam manuskrip sebelum kanonisasi alkitab, bisa dimasukkan sebagai bagian dari kitab suci atau dicap sebagai apokripa (diragukan = cacat). Pada waktu kanonisasi oleh pemuka-pemuka gereja awal, mereka dihadapkan dengan ribuan manuskrip yang akan diseleksi. Ribuan manuskrip tersebut kemudian dipilah-pilah sesuai kriteria tertentu mana yang dimasukkan ke dalam alkitab mana yang dibuang. Memang dalam alkitab ada dicantumkan kriteria tersebut ditetapkan oleh Sang Rasul Paulus :

3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
3:17 Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. (2 Timotius 3)

Apakah itu sebagai dasar mengapa suatu cerita dianggap layak dimasukkan dalam alkitab, dan cerita lainnya ditetapkan tidak layak..??, lalu apakah cerita ini bisa memenuhi kriteria tersebut :

 Pelecahan Alkitab (Bibel) kepada Para Nabi Allah
1 . Nabi Nuh mabuk-mabukan sampai teler dan telanjang bugil (Kejadian 9: 18-27).

2. Nabi Luth menghamili kedua putri kandungnya sendiri dalam dua malam secara bergiliran (Kejadian 19:30-38). Heboh ... !!! Skandal seks ayah dan anak kandung oleh nabi??

3. Nabi Daud melakukan skandal seks dengan Batsyeba, istri anak buahnya sendiri. Setelah Batsyeba mengandung suaminya dibunuh oleh Daud, kemudian Batsyeba dinikahi Daud diboyong ke istana (II Samuel l l: 2-27).

4. Ketika sudah tua, Nabi Daud tidur dengan perawan yang masih muda (I Raja-raja 1: 1-3).

5. Nabi Yakub bekerja sama dengan ibu kandungnya untuk membohongi dan menipu ayah kandungnya, supaya Israel diberkati (Kejadian 27: 1-46).

6. Yehuda (putra Nabi Yakub) menghamili menantunya sendiri (Kejadian 38: 13-19). Skandal seksa ayah dan menantu dalam kitab suci!?

7. Absalom (putra Nabi Daud) memperkosa gundik ayahnya sendiri (11 Samuel 16: 21-23). Perselingkuhan anak dengan ibu (gundik ayah) dalam Kitab Suci?!

8. Amnon (putra Daud) memperkosa saudara perempuannya (II Samuel 13: 7-14). Incest antara anak nabi dengan saudaranya sendiri ?!?

9. Ruben (putra tertua Nabi Yakub) melakukan hubungan seks dengan Bilha, gundik ayahnya (Kejadian 35:22). Gundik ayah diperkosa anaknya sendiri ?!?

10. Nabi Sulaiman (Salomo) tidak taat kepada Tuhan karena lebih mencintai 700 istri dan menyimpan 300 gundik (I Raja-raja 11:3) Mustahil ada nabi yang rakus wanita..

11. Nabi Harun membuat dan menyembah patung emas (Keluaran 32:2-4).

12. Nabi Isa (Yesus) orang bodoh, idiot, dan emosional. Pada waktu bukan musim buah ara, Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah (Markus ll: 12-14; bandingkan: Yohanes 2:4 dan Yohanes 7:8-10).

Catatan : Nama-nama pezinah tersebut ada dalam silsilah yesus (Matius 1:1-17 dan Lukas 3:23-38).


Ada satu Kisah yg saya bahas secara lebih detail yaitu Yehuda berzina dengan menantunya!!!
Kejadian :
38:10 Tetapi yang dilakukannya itu adalah jahat di mata TUHAN, maka TUHAN membunuh dia juga.
38:11 Lalu berkatalah Yehuda kepada Tamar, menantunya itu: "Tinggallah sebagai janda di rumah ayahmu, sampai anakku Syela itu besar," sebab pikirnya: "Jangan-jangan ia mati seperti kedua kakaknya itu." Maka pergilah Tamar dan tinggal di rumah ayahnya.
38:12 Setelah beberapa lama matilah anak Syua, isteri Yehuda. Habis berkabung pergilah Yehuda ke Timna, kepada orang-orang yang menggunting bulu domba-dombanya, bersama dengan Hira, sahabatnya, orang Adulam itu.
38:13 Ketika dikabarkan kepada Tamar: "Bapa mertuamu sedang di jalan ke Timna untuk menggunting bulu domba-dombanya,"
38:14 maka ditanggalkannyalah pakaian kejandaannya, ia bertelekung dan berselubung, lalu pergi duduk di pintu masuk ke Enaim yang di jalan ke Timna, karena dilihatnya, bahwa Syela telah menjadi besar, dan dia tidak diberikan juga kepada Syela itu untuk menjadi isterinya.
38:15 Ketika Yehuda melihat dia, disangkanyalah dia seorang perempuan sundal, karena ia menutupi mukanya.
38:16 Lalu berpalinglah Yehuda mendapatkan perempuan yang di pinggir jalan itu serta berkata: "Marilah, aku mau menghampiri engkau," sebab ia tidak tahu, bahwa perempuan itu menantunya. Tanya perempuan itu: "Apakah yang akan kauberikan kepadaku, jika engkau menghampiri aku?"
38:17 Jawabnya: "Aku akan mengirimkan kepadamu seekor anak kambing dari kambing dombaku." Kata perempuan itu: "Asal engkau memberikan tanggungannya, sampai engkau mengirimkannya kepadaku."
38:18 Tanyanya: "Apakah tanggungan yang harus kuberikan kepadamu?" Jawab perempuan itu: "Cap meteraimu serta kalungmu dan tongkat yang ada di tanganmu itu." Lalu diberikannyalah semuanya itu kepadanya, maka ia menghampirinya. Perempuan itu mengandung dari padanya.

Selanjutnya bisa anda teruskan sampai ayat 30. Cobalah dicari mana dari jalan cerita tersebut yang memenuhi kriteria sesuai yang ditetapkan oleh Paulus, apakah
 (1) Ajaran = doktrin
(2) Menyatakan kesalahan = teguran
 (3) Memperbaiki kelakuan = koreksi dan
(4) Mendidik kepada kebenaran = intruksi kepada kebenaran. Tidak satupun dari cerita tersebut baik melalui kalimatnya maupun jalan ceritanya yang memenuhinya. Umat Kristen melalui PENFASIRANNYA SENDIRI hanya bisa menyimpulkan bahwa cerita tersebut adalah CONTOH BURUK yang tidak boleh dilakukan manusia, sedangkan kitab sucinya sendiri tidak jelas mengindikasikan hal itu.


Belum lagi banyak sekali ayat-ayat cabul dalam alkitab seperti:
- Yehezkiel 23: 1-21
- Yehezkiel 16: 22-38
- Ulangan 23: 1-2
- Kidung agung 4:1-7
- Kidung Agung 7:6-13

Sengaja tidak saya tulis ayatnya secara lengkap, sebab melihatnya saja saya sudah sangat jijik. Lagian bisa jadi teman fb saya ada yg berstatus anak-anak di bawah umur, sehingga bisa membahayakan moral mereka. Entah apa gunanya ayat-ayat tentang sex itu ada dalam Alkitab. Jika Tuhan ingin menceritakan kisah-kisah orang terdahulu, saya rasa bisa menggunakan kata-kata yg lebih sopan. Ga perlulah menceritakan metode sex, alat kelamin dsb. Cukup dg menggunakan kata “berzina” saya rasa orang sudah sangat mengerti apa maksudnya.

Apakah kriterianya adalah keaslian manuskrip itu sendiri..?? setelah diteliti secara ilmiah dan dilacak umur manuskripnya maka suatu manuskrip yang berisi cerita disahkan sebagai kitab suci..??, bagaimana cara penelitian yang ilmiah pada waktu itu..?? misalnya apakah 5 manuskrip pertama dalam Perjanjian Lama diakui secara ilmiah benar-benar merupakan tulisan nabi Musa..?? apakah kebenaran isi kisahnya diabaikan,..?? lalu mengapa para sarjana Kristen setelah itu kembali mengkoreksinya..??

Yesus Kristus mengingatkan kita tentang kelakuan kaum Yahudi terhadap nabi dan rasul terdahulu :

5:12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." (Matius)
13:57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." (Matius)
23:30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.
23:31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. (Matius)

Ini artinya kalau Yesus menyatakan bahwa kelakuan Yahudi sering menganiaya bahkan membunuh para nabi sebelumnya, maka cerita yang ada dalam manuskrip Yahudi tentang nabi-nabi tersebut juga telah didistorsi. Pada dasarnya kaum Yahudi adalah kelompok masyarakat yang terkenal sebagai penentang nabi dan rasul yang diutus bagi mereka, kemudian mereka membuat-buat cerita yang menistakan para nabi dan rasul tersebut untuk diceritakan kepada anak cucu mereka, makanya tidak heran kalau kita menemukan nabi Luth, keluarga nabi Yakub dan anak-anak nabi Daud yang berzina, nabi Sulaiman yang musyrik mempersekutukan Allah demi istrinya yang ribuan dan banyak lagi cerita yang sangat menistakan para nabi dan rasul Yahudi yang sangat dihormati dalam agama Islam. Cerita yang berasal dari kisah Yahudi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam alkitab dan dijadikan dasar ajaran umat Kristen., padahal Yesus Kristus sendiri telah memperingatkannya.

YESUS SUDAH MENGINGATKAN BAHWA ORANG YAHUDI ITU MUSUH PARA NABI, TAPI MALAH JUSTRU CERITA ORANG YAHUDI-LAH YG DIAMBIL MENJADI BAGIAN DARI ALKITAB. YA JELASLAH ORANG YAHUDI MEMFITNAH PARA NABI DENGAN KEJI, YANG KAYAK GITU DIPERCAYA?! APA BUKAN BODOH ITU NAMANYA?!
PERHATIKAN JUGA INJIL KARANGAN MATIUS, MARKUS, LUKAS DAN YOHANES !!!

Ke-4 Injil kanonik tersebut adalah Injil yang “dikarang” oleh Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, dikatakan “dikarang” karena mereka tidak menulis Injil berdasarkan kata-kata Yesus kata-demi-kata atau sebagai saksi langsung, melainkan terinspirasi oleh kisah-kisah Yesus yang beredar di masyarakat pada saat itu baik berupa tulisan maupun lisan.

Seperti yang ditulis oleh seorang pengarang Injil yang bernama Lukas dalam Injil karangannya :

TEOFILUS YANG MULIA, BANYAK ORANG TELAH BERUSAHA MENYUSUN SUATU BERITA TENTANG PERISTIWA-PERISTIWA YANG TELAH TERJADI DI ANTARA KITA, SEPERTI YANG DISAMPAIKAN KEPADA KITA OLEH MEREKA, YANG DARI SEMULA ADALAH SAKSI MATA DAN PELAYAN FIRMAN. KARENA ITU, SETELAH AKU MENYELIDIKI SEGALA PERISTIWA ITU DENGAN SEKSAMA DARI ASAL MULANYA, AKU MENGAMBIL KEPUTUSAN UNTUK MEMBUKUKANNYA DENGAN TERATUR BAGIMU. INJIL LUKAS 1:1-3.

Menurut Lukas sendiri, bahwa Injil karangannya adalah berdasarkan berita-berita yang beredar di masyarakat yang sampai kepada dirinya dan diselidikinya dengan seksama lalu diklaimnya sebagai suatu kebenaran.
Dari pernyataan Lukas sendiri dalam Injilnya 1:1-3 yang menyatakan “seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman” , menunjukkan bahwa dia bukanlah murid Yesus dan bukan saksi langsung atas ajaran Yesus, dia hanya menerima berita dari orang-orang yang menerima berita dari saksi mata dan murid-murid Yesus.

Namun, orang-orang Kristen awam mengklaim, bahwa ke-4 pengarang Injil adalah saksi mata kisah-kisah Yesus sekaligus sebagai murid-murid Yesus. Orang Kristen awam menyatakan bahwa penulisan Injil adalah atas dasar bimbingan Roh Kudus sehingga akan terjamin kebenarannya, padahal para pengarang Injil sendiri tidak pernah menyatakan bahwa Injilnya dikarang atas bimbingan Roh Kudus.

Hanya Yohanes dan Matius yang merupakan bagian dari 12 orang murid Yesus. Sedangkan Lukas dan Markus itu siapa coba? Kok bisa jadi pengarang injil? Injil karangan orang ga jelas dipercaya sementara injil yg ditulis murid2  Yesus malah dibuang?

 JELAS SUDAH SEKARANG MANA KITAB YG MURNI FIRMAN TUHAN DAN MANA YG BUKAN!!!!

Bercerminlah dahulu kalau anda mau menuduh Al-Qur'an bukan firman Allah, untuk ini saya sangat gemar mengutip ayat alkitab yang selalu diabaikan oleh umat Kristen :

 Matius 7:1-5
7:1 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Wallahu’alam bishshowab...

menjawab tuduhan Rosulullah menikah dengan siti khodijah secara Kristen

Kristen dan JIL menuding Rasulullah sebagai orang yang banyak berhutang budi kepada Kristen karena sebelum jadi nabi, Muhammad menikah dengan Khadijah, seorang wanita Kristen yang taat ke gereja. Prosesi pernikahan Muhammad dengan Khadijah dilangsungkan dengan tatacara ritual Kristen, di mana yang bertindak sebagai wali nikah adalah pastur besar bernama Romo Waraqah bin Naufal. Maka dalam khutbah nikah tersebut Romo Waraqah membacakan ayat-ayat Taurat dan Injil. Tak lupa, Romo Waraqah menghadiahkan kado nikah kepada Muhammad berupa sebuah Alkitab (Bibel). Setelah menikah, selama 15 tahun Muhammad kursus Alkitab (Bibel) bersama Khadijah. Atas dasar itulah, maka Nurdin menyimpulkan bahwa Muhammad pernah beribadah secara Kristen di gereja selama 15 tahun bersama Khadijah dan pamannya, Romo Waraqah bin Naufal.

jawaban :
 “Bila pamannya Siti Khadijah yaitu Waraqah bin Naufal, faham akan Taurat dan Injil, beliau adalah seorang Pendeta besar, atau seorang Pastur besar atau seorang Penginjil besar dan pada pernikahan Muhammad SAW dan Siti Khadijah tentulah beliau bertindak sebagai Wali atau Penghulu pada waktu itu, dan menyampaikan Firman Allah yaitu Taurat dan Injil, agama Yahudi dan Nasrani, karena agama Islam dan Alquran belum ada pada waktu itu” (Keselamatan Didalam Islam, hlm. 24).

 “Pada waktu pernikahan berlangsung antara Muhammad SAW dengan Siti Khadijah seorang Nasrani, dan pasti hadiah Waraqah bin Naufal sebagai seorang Pendeta atau Pastur adalah sebuah Alkitab. Dan tentu Muhammad SAW selama 15 tahun bersama istrinya Siti Khadijah mempelajari Alkitab” (Keselamatan Didalam Islam, hlm. 53).

 “Istri beliau Siti Khadijah beragama Kristen Nasrani dan paman beliau Waraqah bin Naufal adalah pendeta bersama pendeta alim Buhaira namanya, dan umat pada waktu itu adalah semua umat Kristen Nasrani yang beribadah tentu di gereja, karena masjid pada waktu itu belum ada” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Qur’an, hlm. 68).

 “Pada waktu Muhammad SAW berumur 25 tahun beliau menikah dengan Khadijah yang beragama Nasrani. Dan pada waktu itu Muhammad SAW berumur 40 tahun beliau bertahanuts menyendiri. Bila demikian Muhammad SAW telah bersama istrinya selama 15 tahun, beliau tentu beribadah bersama istrinya dan pamannya Waraqah bin Naufal dan Pendeta Buhaira yang mana tentu Muhammad SAW ikut beribadah Nasrani dan beliau bertahanuts menyendiri dengan segala bekal dan pelajaran Alkitab, Taurat dan Injil” (Keselamatan Didalam Islam, hlm. 35).


Sebenarnya, pernikahan Muhammad SAW dengan Khadijah sudah lama jadi primadona bagi para misionaris JIL dan Kristen untuk menyengat akidah Islam. Tetapi lemahnya validitas data menjadikan tulisan mereka bernilai tak lebih dari sebuah “teologi imajiner.” Karenanya, kita tidak butuh rekayasa dan dugaan-dugaan untuk membantah tuduhan-tuduhan itu, karena sejarahlah yang otomatis menjawabnya:
Pertama, Khadijah bintu Khuwailid memang memiliki saudara sepupu –bukan paman seperti anggapan kristen dan JIL– seorang rahib bernama Waraqah bin Naufal. Tapi Waraqah bukanlah orang yang menikahkan Khadijah dengan Muhammad. Kitab-kitab sejarah Nabi mencatat bahwa yang meminang Khadijah adalah paman Muhammad yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib. Lalu yang menikahkan Muhammad dengan Khadijah adalah paman Khadijah yang bernama ‘Amru bin Asad, sedangkan yang memberikan khutbah nikah adalah Abu Thalib, paman Muhammad. Maharnya pun bukan Alkitab (Bibel), tapi 20 ekor unta. (lihat: As-Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, juz I, hlm. 201).
Kedua, Fakta-fakta ini sekaligus menampik tudingan kristen dan JIL bahwa pernikahan Muhammad dihiasi dengan khutbah ayat-ayat Alkitab (Bibel) yang disampaikan oleh Pastur Waraqah bin Naufal.
Ketiga, fakta bahwa yang menikahkan Muhammad dengan Khadijah adalah paman Khadijah yang bernama ‘Amru bin Asad, ini harus digarisbawahi oleh Guntur Romli. Karena dengan fakta ini, maka tudingannya terhadap Nabi Muhammad sebagai orang yang menyadur kisah-kisah Bibel sebagai balas jasa terhadap rahib Waraqah yang menikahkannya dengan Khadijah, terbantah secara otomatis.
Keempat, Tuduhan bahwa  Muhammad menikahi Khadijah dengan tatacara Kristen karena pada waktu itu Islam belum ada karena Muhammad belum menjadi Nabi, ini adalah logika kelirumologi yang naif.
Untuk menganalisa ritual pernikahan yang dipakai oleh Muhammad dan Khadijah, kita tidak perlu repot-repot dan merekayasa tatacara pernikahan yang diterima oleh bangsa Arab pada waktu itu. Bangsa Arab pada waktu itu masih mengikuti adat-istiadat yang diwarisi turun-temurun dari syariat Nabi Ibrahim yang hanif. Hal ini terbukti, mereka masih melaksanakan syariat khitan dan menghormati Ka’bah yang didirikan oleh Nabiyullah Ibrahim dan putranya, Ismail alaihissalam. Secara historis, bangsa Arab adalah keturunan Ibrahim melalui Ismail yang menikahi penduduk Mekkah dari suku Jurhum yang berasal dari Yaman. Keturunan Ismail inilah yang beranak-pinak di Mekkah yang disebut sebagai Bani Ismail atau Adnaniyyun.
Sampai zaman Muhammad belum diangkat Allah sebagai Nabi, bangsa Arab meyakini bahwa pemeliharaan serta kepemimpinan dalam upacara keagamaan di depan Ka’bah itu adalah hak Bani Ismail. Salah satu pemimpin kabilah Quraisy dari keturunan Ismail adalah Qushaiy.
Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa satu-satunya syariat yang diterapkan dalam pernikahan Muhammad dengan Khadijah adalah syariat hanif Nabi Ibrahim.
Kelima, Anggapan Pendeta Nurdin bahwa Khadijah adalah seorang Kristen yang aktif di gereja, tentu tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena dia tidak mencantumkan satu referensi pun dalam tulisannya. Untuk mengetahui dengan pasti apa agama yang dianut Khadijah pada waktu itu, sebaiknya Nurdin membaca buku Khadijah: Drama Cinta Abadi Sang Nabi tulisan Dr Muhammad Abduh Yamani. Berdasarkan sumber-sumber yang terpercaya, buku ini menyimpulkan bahwa Khadijah bukan seorang Kristen, melainkan penganut agama Ibrahim alaihissalam (Al-Hanif) yang mendapat gelar “Ath-Thahirah” (perempuan suci).
Keenam, tudingan bahwa Rasulullah menyadur kisah-kisah Bibel sesuai dengan kepentingannya juga sangat rapuh. Hanya orang kafir saja yang pantas melakukan tudingan ini.
“Dan orang-orang kafir berkata: “Al-Qur’an ini tidak lain hanya­lah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain, maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar” (Qs Al-Furqan 4).
Tuduhan bahwa Nabi Muhammad menjiplak Bibel terbantah oleh kenyataan bahwa beliau adalah seorang nabi yang ummiy (buta aksara). Allah menegaskan hal ini dalam surat Al-‘Ankabut 48-49 dan Al-A’raf 157-158. Meski ditakdirkan sebagai seorang yang ummiy yang tidak bisa menyadur kitab-kitab terdahulu, tapi seluruh ayat Al-Qur’an tidak dapat diragukan, justru semakin terjamin otentisitasnya karena segala yang disampaikan Nabi Muhammad adalah wahyu (inspirasi) langsung dari Allah (Qs. An-Najm 3-5).
Salah satu buktinya adalah ayat Al-Qur’an:
“…Dan orang Nasrani berkata: “Al-Masih itu putra Allah.” Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.” (Qs. At-Taubah 30).
Ayat ini menyatakan bahwa doktrin ketuhanan Yesus (Trinitas) adalah doktrin yang menjiplak keyakinan orang-orang kafir (pagan) sebelumnya. Ternyata, sejarah membuktikan bahwa Trinitas Kristiani yang meyakini Tuhan ada 3 oknum: Tuhan Bapa, Tuhan Ana dan Roh Kudus adalah doktrin yang sudah ada jauh sebelum Kristen lahir ke dunia. Buktinya, di Mesir sudah Trinitas yang meyakini: Osiris, Horus dan Isis, masing-masing sebagai Tuhan Bapa, Anak dan Ibu. Horus diyakini sebagai juru selamat yang mati menebus dosa dengan darahnya, dikuburkan, kemudian jasadnya bangkit pada hari ketiga kemudian bangkit lagi.
Trinitas/Trimurti di India (Hindu), meyakini Tuhan terdiri dari tiga oknum (Trimurti), yaitu Brahma (Tuhan Bapa), Wisnu (Tuhan Pemelihara), dan Syiwa (Tuhan Pembinasa). Brahma mempunyai seorang anak yang tunggal yaitu Krisna yang dilahirkan di kandang sapi. Oknum ketiga dari Trimurti adalah Syiwa. Kepadanya sering dikorbankan beratus-ratus nyawa manusia. Tetapi, menurut pemeluk Hindu, nyawa-nyawa yang dikorbankan itu sesungguhnya adalah inkarnasi Syiwa sendiri.
Di Persia (Mitraisme), meyakini Mitra (dewa matahari) sebagai Juru selamat penebus dosa yang lahir dari seorang perawan pada hari Minggu tanggal 25 Desember. Hari Minggu mereka yakini sebagai hari suci, dalam perkembangannya, tradisi ini diabadikan sebagai hari suci untuk beribadah di gereja oleh umat Kristen. Sehingga hari Minggu disebut sebagai Sunday (hari Matahari).
Coba perhatikan, wahyu yang diterima Rasulullah menyatakan “yudhohi’una qaulalladziina kafaruu min qablu” (mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.” Sungguh tepat apa yang disampaikan oleh Nabi dengan sejarah yang sudah ada jauh sebelum beliau lahir. Padahal Rasulullah tidak pernah membaca buku-buku sejarah maupun enskiklopedi agama, karena beliau adalah seorang yang ummiy. Tidakkah hal ini direnungkan oleh para misionaris JIL dan Kristen?
(Dimuat di Tabloid Suara Islam edisi 71, tanggal 17 Juli –7 Agustus 2009M/ 24 Rajab –16 Sya’ban 1430H, hlm. 18-19)

22.6.12

Keakuratan Nama ‘Isa dalam Quran

TEORI ASAL USUL NAMA MESIAS
THE STAR OF THE MESSIAH (BILANGAN 24:17) = THE NORTHERN STAR (MATIUS 2:2)
Kamus leksikon Ibrani-Caldea Gesenius  dalam Perjanjian Lama menyatakan :


Kata Ibrani Ish menurut definisinya adalah sebuah bintang utara yang terang atau bintang bintang pada rasi bintang utara ‘Ursa Major’. Ursa Major diterjemahkan sebagai rasi “Beruang besar”. Lebih terperinci memperhatikan catatan tepi sebelah kanan. “‘ish” juga mengacu pada  “rasi beruang” yang juga sama dengan rasi bintang Utara yang disebutkan tadi.
H.W.F. Gesenius terus menggambarkan hubungan kolaboratif di antara kata Ibrani Ish dan kata Arab ‘Aasa dan ‘Issa dan didefinisikan sebagai “pengintai malam“. Dan ini berkolaborasi dengan detil besar dalam Qur’an. Dalam surat Ath Thariiq yang artinya  “Yang datang di malam hari” pada ayat 1-3 :
Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus.”  (At-Thaariq:1-3]
Mengenai ayat ke-3 Surat ini, Imam Suyuti berkata pada kitabnya “Ad Durul Mantsur fi Tafsir al Ma’tsur:
“telah diriwayatkankan bahwa Ibnu Jarir berkata, dari Mujahid, tentang ayat ini: “Ini adalah bintang yang menembus cahaya” bahwa ini berarti bintang dari Ats Tsurayya.” (Ad Durul Mantsur fi Tafsir al Ma’tsur, Jalaluddin As Suyuti)
“Ibnu Zaid berkata, Bahwasanya, ini adalah bintang dari At tsurayya.”  (Imam Qurtubi, tafsir al-Qurtubi)
Dengan demikian, Qur’an juga merefer pada bintang Tsaur Ats Tsurayyah sebagai At Thariq. Korelasinya jelas dan keselarasan antara Qur’an dan pemikiran nubuatan pra-biblical, 2000 tahun sebelum penyusunannya.
Tapi apa hubungannya “Bintang” dengan Yesus?
Terutama sekali, mungkin ini merupakan salah satu yang paling berpengaruh nyata secara historis tentang tanda  dari ramalan Mesias.
“I shall see him, but not now: I shall behold him, but not nigh: there shall come a Star out of Jacob, and a Sceptre shall rise out of Israel…” (Numbers 24:17),
“Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel,” (Bilangan 24:17)
“Saying, Where is he that is born King of the Jews? for we have seen his star in the east, and are come to worship him.” (Matthew 2:2)
“dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” (Matius 2:2)
Matius Pasal 2 merinci tentang tiga orang Majus yang mengikuti Bintang Utara dalam pencarian Mesias Yahudi. Ini adalah tanda Mesias yang paling terkenal.
Kata Ibrani di ayat ini untuk “Bintang” adalah “Kokab” . Dari kata  “Kokab” ini muncul gelar “Kokhba” Yang diberikan atas Simeon bar Koziba ketika dia disahkan sebagai Mesias oleh  Rabbi Revolusioner Yahudi, Akiba ben Yosef.
“Rabbi Akiba ben Joseph, a highly esteemed teacher of the period, enthusiastically supported the rebels and conferred the name Bar Kokhba (Son of the Star) upon their leader. Akiba also hailed him as the Messiah.” [Encyclopedia Britannica, Reference Index V, page 872]
Saat Bar-Kokhba di-salahasumsi-kan sebagai Mesias, dia terbunuh dalam pertempuran melawan Romawi pada tahun 135 A.D. Mengenai “Bintang” menjadi tanda dari Mesias:
Kamus kata teologis Perjanjian Lama yang merupakan sebuah kompilasi dari Brown-Driver-Briggs dan Gesenius mendefinisikan “Kokab” sebagai:
“1. star – a. of Messiah, brothers, youth, numerous progeny, personification, God’s omniscience.”
[Theological Word Book of the Old Testament, Brown-Driver-Briggs, H.W.F. Gesenius]
Nabi dinamai menurut kejadian di sekitar kelahiran mereka
Adam אדמ /Aadam – berarti ‘merah’; dimungkinkan berasal dari דמ /Dum – artinya ‘darah’; Juga terkait dengan אדמה / Adamah – tanah garapan, darimana  manusia pertama, Adam, diciptakan.
Sebelumnya, diterangkan nama Adam berasal dari דמ / dam (darah). Meskipun informasi tersebut adalah valid, setelah diteliti, yang lebih benar adalah dari אדמה / adamah (tanah)
“ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” (Kejadian 2:7)
Nuh נח /Noach dari נוח /Nuch – beristirahat. maksudnya “istirahat” pada saat kelahirannya pada ayat kejadian 5:29
Ishak יצחק /Yitzhaq – dari צחק /Tzahaq – tertawa .
“Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.”
Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: “Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak? Dan Abraham berkata kepada Allah: “Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!”
Tetapi Allah berfirman: “Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak,”
(Kejadian 17:16-19)
Ismail ישׂמעל /Yishmaael – dari שׂמ /shama – mendengar dan על / El – Tuhan”
“Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.” (Kejadian 16:11)
Musa משׂה /Mosheh – menarik
“Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: “Karena aku telah menariknya dari air.” [Keluaran 2:10]
Tiap-tiap Nabi dinamai dengan cara ini. Namun, ketika kita melihat kelahiran Yesus kita menemukan sebuah kontradiksi yang membingungkan dan suatu manipulasi pada Injil yang terungkap.
Kelahiran Yesus: Kontradiksi dan Nubuat Tak Terpenuhi
Kelahirannya yesus disebutkan dua kali pada Injil dalam dua catatan yang berbeda dan berlawanan. Sekali pada Injil Matius dan yang lain pada Injil Lukas. Sedangkang Injil Markus dan Yohanes memulai dengan kedatangannya Yohanes Pembaptis saat Yesus dewasa. Di antara catatan kelahiran dari Matius dan Lukas,  kita temukan satu benturan kontradiksi .
KELAHIRAN YESUS MENURUT MATIUS:
“Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” —yang berarti: Allah menyertai kita. (Matius 1:21-23)
Pertama-tama, ini aneh. Bahwa tak seorangpun pernah memanggil Yesus dengan “Immanuel” dimanapun pada Bible. Ini merupakan suatu usaha untuk mencocok-cocokan Yesus dengan suatu nubuat yang dimaksud dalam Yesaya 7:14. Faktanya, ayat tersebut adalah sama sekali bukan merupakan nubuat kedatangan Yesus dan anak yang dipanggil Immanuel itu telah lahir dan menunjuk pada ayat setelahnya. Mari kita lihat konteksnya:
“Dalam zaman Ahas bin Yotam bin Uzia, raja Yehuda, maka Rezin, raja Aram, dengan Pekah bin Remalya, raja Israel, maju ke Yerusalem untuk berperang melawan kota itu, namun mereka tidak dapat mengalahkannya.” [yesaya 7:1]
TUHAN melanjutkan firman-Nya kepada Ahas, kata-Nya: “Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.” Tetapi Ahas menjawab: “Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai TUHAN.” Lalu berkatalah nabi Yesaya: “Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga? Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” (Yesaya 7 10-14)
Berfirmanlah TUHAN kepadaku: “Ambillah sebuah batu tulis besar dan tuliskanlah di atasnya dengan tulisan biasa: Maher-Syalal Hash-Bas.” Maka aku memanggil dua saksi yang dapat dipercaya, yaitu imam Uria dan Zakharia bin Yeberekhya. Kemudian aku menghampiri isteriku; ia mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Lalu berfirmanlah TUHAN kepadaku: “Namailah dia: Maher-Syalal Hash-Bas, sebab sebelum anak itu tahu memanggil: Bapa! Ibu! maka kekayaan Damsyik dan jarahan Samaria akan diangkut di depan raja Asyur.” TUHAN melanjutkan lagi firman-Nya kepadaku: “Oleh karena bangsa ini telah menolak air Syiloah yang mengalir lamban, dan telah tawar hati terhadap Rezin dan anak Remalya, sebab itu, sesungguhnya, Tuhan akan membuat air sungai Efrat yang kuat dan besar, meluap-luap atas mereka, yaitu raja Asyur dengan segala kemuliaannya; air ini akan meluap melampaui segenap salurannya dan akan mengalir melampaui segenap tebingnya, serta menerobos masuk ke Yehuda, ibarat banjir yang meluap-luap hingga sampai ke leher; dan sayap-sayapnya yang dikembangkan akan menutup seantero negerimu, ya Imanuel! (Yesaya 8:1-8)
Kita tidak perlu menjadi sarjana bibel untuk melihat bahwa, figur dari immanuel adalah satu tanda yang dijanjikan kepada Raja Ahaz, kemudian pada pasal selanjutnya anak tersebut lahir, kemudian akhirnya kita lihat anak itu nantinya dipanggil “immanuel”. Yesus tidak pernah dipanggil “immanuel” oleh siapapun semasa hidupnya. Silahkan baca Yesaya 7 – 8 untuk melihat hubungan kalimat dari peristiwa ini. Ini tidak mempunyai hubungan apapun dengan Yesus.
Fakta ini telah membuktikan bahwa Matius tidak menulis “Injil Matius”. Apakah kita akan percaya bahwa Matius, seorang Rasul yang dekat dengan Yesus, salah informasi tentang Nubuatan Perjanjian Lama? Penelitian historis dengan cermat membuktikan, bahwa ini adalah usaha memanipulasi manuskrip oleh mereka yang tidak akrab dengan manuskrip, budaya, ataupun nubuatan Yahudi.
KELAHIRAN YESUS MENURUT LUKAS:
Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Lukas 1:31-33)
Perhatikan catatan “keturunan yakub” yang merefer pada Bilangan 24:17 “bintang terbit dari Yakub”. Ini sejalan dengan nubuatan Perjanjian Lama dan bersesuaian dengan sedikit dokumentasi historis kecil yang kita punya berkenaan dengan kelahiran dari Yesus.
Catatan paling awal dari “Bintang dari Bethlehem” dibuat oleh Uskup dari Gereja dari Antiochia, Ignatius, pada awal abad ke-2 A.D. Dalam suratnya kepada orang orang efesus dia menulis:
“How was he revealed to the world? A star shone forth high above all the stars in the skies, whose brilliance cannot be described and which was of a completely new type so that it aroused an amazement.” [Ignatius, Ad Ephesios, Chapter 19:7]
Dengan demikian, menunjukkan dengan jelas bahwa nama Yesus, yang menjadi ‘Isa dari akar Arab ‘Assa dan akar kata Ibrani ‘Ish yang artinya “Bintang utara”, jauh lebih kredibel dibandingkan referensi ke sebuah nama yang mana sama sekali tidak ada kesesuaian dengan nubuat alkitab atau bukti historis. Dengan bergantung pada nama yang salah untuk Yesus, “Yeshua ” dan “Yahushuwa ‘”, untuk memaksakan ide ‘Seorang Juru Selamat Manusia-Tuhan’, Kristen telah meletakkan keraguan atas keberadaan Yesus. Dia lahir sebagai Mesias, dan merupakan Bintang yang terbit dari keturunan Yakub, dan dengan demikian dia dinamai ‘Isa dari ‘Bintang Mesias’. “Yeshua “, “Yahushuwa “, “Immanuel”,  adalah semua hasil dari belitan tangan Kristen dari Tanakh untuk memaksakannya demi mengatakan sesuatu yang tidak bersesuaian dengan Nubuatan Mesias Israel.
dikutip dari:
http://shibli.zaman.net/eesa/
Catatan:
ثريّة, ثريّا Tsurayya dalam budaya arab (semitic?) merupakan kumpulan tujuh bintang dari rasi bintang Taurus. Matahari berada dalam taurus pada bulan 20 April-20 Mei (karenanya orang yang lahir di tanggal tersebut dikatakan berzodiak taurus).
Astrology, nujum, ilmu perbintangan telah digunakan oleh peradaban yang sangat tua. digunakan sebagai penunjuk arah atupun untuk meramalkan kejadian tertentu. Termasuk pula orang majus, yang mengamati pergerakan bintang bintang dan digunakan untuk menunjukkan tanda mesias. Mungkinkah ini juga mendukung teori bahwa Yesus lahir di musim semi (maret-mei) dimana menurut injil Lukas, ternak digembalakan pada malam hari?Sedangkan di yerusalem, waktu yang memungkinkan untuk melakukan hal itu adalah di musim semi?
Atau apakah yesus berzodiak taurus?? Yang artinya yesus lahir di bulan april-mei??  Hmmm
Same post as: http://myquran.org/forum/index.php/topic,39978.msg1172958.html#msg1172958

Keakuratan Nama ‘Isa dalam Quran (part 1)

Apa nama yesus secara historis?
Yesus dan bahkan kristen awal berbicara dalam bahasa aram. Banyak dalam Perjanjian Lama (PL), misalnya kitab Daniel merupakan bahasa aram meskipun bagian terbesar dari salinan tangan telah tiada selamanya. Baik Textus Receptus yunani sebagi rujukan Perjanjian Baru (PB), maupun Tanakh yang telah distandarisasi sebagai rujukan PL bukan bahasa asli mereka.
..portions of the Old Testament books of Daniel and Ezra are written in Aramaic…Jesus and the Apostles also spoke this language.
In the early Christian era, Aramaic divided into East and West varieties. West Aramaic dialects includ Nabataean (formerly spoken in parts of Arabia), Palmyrene (spoken in Palmyra, which was northeast of Damascus), Palestinian-Christian, and Judeo-Aramaic. West Aramaic is still spoken in a small number of villages in Lebanon.
-Encyclopedia Britannica, Reference Index I, “Aramaic Language”, page 476-
Kita juga dapat membaca bahwa …
Parts of the books of Ezra and Daniel in the Bible were written in an Aramaic dialect, as were some notable Jewish prayers, such as the kaddish. Other important documents in Aramaic include portions of the Palestinian and Babylonian Talmuds and the Targum Onkelos, a commentary on the Pentateuch. Nabataean (the form of Aramaic current among the Nabataean Arabs), Samaritan, and Palmyrene were other significant ancient dialects of Aramaic.
Yesus berbicara dalam bahasa aram. Jadi, PB seharusnya mengacu padanya. Banyak dalam PL berbahasa aram juga, dan masyarakat kristen awal meliputi arabia dari palestina, Syria, Nabatea berbicara dalam bahasa aram.
Jadi apa nama Yesus dalam bahasa aram?
“EESHO M’SHEEKHA” -baca: iisyo masiikha- artinya Yesus sang Mesias.
- “Eesho M’sheekha” dalam bahasa Syriac. Syriac adalah varian baru dari aramaic yang tersebar luas pada umat kristen, yang selanjutnya disebut “Christian Aramaic”.
- “Eesho M’sheekha” dalam bahasa Aram, diambil langsung dari “Peshitta”. “Peshitta” adalah PB Aramaic dan lebih mendekati bahasa Yesus.
Jadi, Yesus pernah memanggil dirinya “Eesho” -baca: isyo- atau Lebih spesifik “Eesaa” -baca:iisa-karena Yahudi Palestina Utara melafalkan huruf “Shin” -syin- dengan “Sin”.
Kata ‘Isa’ dalam alkitab
Di bawah ini adalah gambar dari sebuah halaman yang diambil dari “International Bible Society translation in Farsi” dari pasal pertama Matius Kata-kata yang digarisbawahi berarti ‘Isa Masih’ atau ‘Isa’ berturut-turut. Hampir semua terjemahan alkitab selain bahasa Inggris (termasuk Arabic Bible) menggunakan nama Ibrani “Yeshua”, oleh karenanya sangat mengejutkan ketika mendapati ‘Isa Masih’ masih digunakan dalam Farsi Bible. penggunaan ‘Isa Masih’ Dalam terjemahan Farsi Bible membuktikan dengan sendirinya bahwa penerjemah kristen benar2 dapat menerima Nama Qur’anic untuk Yesus.
Kesimpulan
Secara singkat, mari kita uraikan keseluruhan argumen untuk memudahkan pembaca memahaminya:
1. Kata ‘Isa’ (عيسى) dalam Quran berasal dari ‘Isyo’ () dalam bahasa Aram, sebuah bahasa yang mendahului bahasa Ibrani selama ratusan tahun dan tidak pernah memiliki ikatan etimologi dengan kata turunan Ibrani “Yeshua”(ישוע) atau bahkan “Esau” (עשו)
Karena yesus berbicara dan mengajar dalam bahasa Aram, Alquran sangat akurat mengambil namanya dalam bahasa Aramaic dan bukan Kata Turunan Ibrani “Yeshua”(ישוע)
2. Nama ‘Yasua’ (يسوع) untuk nama Yesus dalam Arabic Bible adalah hanya sebuah transliterasi dari nama Ibrani “Yeshua”(ישוע) dan sebuah pemahaman yang keliru untuk mengklaim bahwa itu adalah nama Arab yang benar untuk Yesus, karena sebagaimana dikatakan Bahasa Ibrani bukan bahasa asli Yesus. Sehingga ayat-ayat suci yang dengan jelas menyatakan bahwa Quran adalah Bahasa Arab murni dan sempurna tidak terbantahkan.
Jadi, keakuratan sejarah dari quran dalam penggunaan “isa” daripada “yasua” untuk nama Yesus patut untuk benar2 diperhatikan. “Yasua” sebenarnya didasarkan pada nomenclatur Ibrani yang bermasalah untuk Yesus yang beralaskan ketidak setujuan dan kontroversi. Tidak ada persetujuan sejarah atau kemiripan bahwa Nama yesus adalah dalam bahasa Ibrani bahkan bila rujukan2 tersebut mengacu pada yesus!
Banyak penjelasan2 yang berlebihan yang berusaha meralat variasi nama Ibrani yesus ini, tapi semua didasarkan pada dugaan dan bukan atas bukti tekstual dan historis. Semua
permainan etimologi yang cacat tersebut tumbang oleh fakta yang jelas bahwa bahkan Ibrani adalah bukan bahasa yesus. Memang, beban pembuktian ada di tangan dunia kristen untuk menghasilkan bukti dokumentasi atas keberadaan Yesus pada masanya. Sebagaimana Allah telah berjanji dalam firmanNya:
Al Qashash:75. Dan Kami datangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi, lalu Kami berkata “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu”, maka tahulah mereka bahwasanya yang hak itu kepunyaan Allah dan lenyaplah (kebohongan) dari mereka apa yang dahulunya mereka ada-adakan.
terjemahan bebas dari http://www.answering-christianity.com/name_of_jesus.htm dengan editting seperlunya.

“Maryam-Ukhta Harun” sebuah klarifikasi mengagumkan dari AlQuran

Saya tertarik membicarakan kembali pembicaraan tentang Maryam, Ibunda nabiyullah ‘Isa a.s. Ada ayat yang dipermasalahkan oleh kristen tentang maryam dan hal tersebut terus dikumandangkan meskipun sudah ada penjelasan dari Muslim. Berikut ayatnya …
فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا
يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”
Umumnya kristen menuduh ayat ini merupakan bukti dari ketidakakuratan alquran. Mereka menuduh Nabi SAW keliru menerima info tentang maryam dan tercampur aduk dengan Miryam yang dalam Bibel yang merupakan Saudara perempuan harun. Benarkah ini?
Umumnya muslim memberi pembelaan bahwa sebutan ‘Ukhta Haarun’ (Saudara Perempuan Harun) bukan dimaksudkan untuk menyatakan saudara dalam arti hubungan darah. Sebagaimana sebutan Anak adam, anak daud. Apakah yang dimaksud anak kandung adam dan daud? Tentu saja tidak.
Sebagaimana sekelompok Kristen Najran pada masa Nabi SAW mengemukakan keberatan serupa dan dijawab oleh Nabi SAW. Dalam Sahih Muslim, hadits diceritakan oleh Mughirah bin Syu`bah berkata:
Ketika aku datang ke Najran, mereka (orang Kristen Najran) bertanya padaku: Kamu membaca “Yaa ukhta haarun” (Hai,saudara perempuan Harun -Maryam-) di Qur’an, sedangkan Musa dilahirkan jauh sebelum Yesus. Ketika aku kembali kepada Rasulullah, aku bertanya tentang hal itu, kemudian Nabi menjawab: Mereka (masyarakat zaman lampau) dulu biasa memberi nama menurut nama-nama Nabi dan orang-orang saleh yang telah wafat sebelum mereka. -terjemahan bebas-
Keterangan dari Nabi SAW inilah yang banyak digunakan muslim untuk mengklarifikasi frase ‘Ukhta Harun’ tersebut. Namun sayangnya temen-temen muslim jarang (sejauh pengetahuan saya) yang bisa memberikan bukti bahwa selain penyebutan ‘anak’ fulan, ada pula penyebutan ‘saudara’ fulan dalam tradisi yahudi atau bahkan lebih luas tradisi semitik.
Adakah Bukti bahwa penyebutan ‘Saudara’ itu benar-benar ada dalam tradisi Semitik?
Tuduhan ketidakakuratan ini salah total karena mengabaikan idiom bahasa Arab dan konteks ayat. Dalam bahasa Arab kata ‘akhun’ atau ‘ukhtun’ mempunyai dua arti:
1. Saudara (laki-laki) dan saudara (perempuan) kandung.
2. Persaudaraan dalam marga/keluarga ataupun kepercayaan.
Ayat di atas (Maryam:28) menggunakan kata ‘ukhtun’ dalam pengertian kedua. Hal tersebut bukanlah hal diluar kebiasaan qur’an untuk menggunakan ungkapan idiomatik yang sama untuk ayat-ayat sebelumnya. Dalam surat Huud ayat 78 Nabi Lut a.s. merujuk kaum wanitanya sebagai ‘putri-putriku)
Luth berkata: “Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?”
Dalam surat Al-a’raaf ayat 65, 73, 85 Nabi Hud, Saleh dan Syu’aib dikenal sebagai “saudara” masyarakat mereka masing-masing.
65. Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”
73. Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shaleh. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhammu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.”
85. Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.”
Kaum Luth disebutkan dalam alquran Surat Qaaf ayat 13 dengan redaksi ‘akhun’ – ‘Ikhwaanu Luth’
وَعَادٌ وَفِرْعَوْنُ وَإِخْوَانُ لُوطٍ
dan kaum Aad, kaum Fir’aun dan kaum Luth
Dalam bibel, Lukas 1:5 Elisabeth disebut putri Harun. Apakah itu berarti secara harfiah merupakan putri kandung harun?
and his wife was of the daughters of Aaron, and her name was Elisabeth.
Yesus pun disebut anak Daud dalam Matius 21:9
…Hosanna to the Son of David
Mungkin ada sebagian yang akan berdalih “Itu kan ‘anak’ atau ‘putri’…mana ‘saudara’?” Kalau yang berkata demikian adalah orang kristen maka dia sebenarnya tidak paham terhadap kitabnya sendiri.
الاَخُ-(al) akh – dan الاُخْتُ -(al) ukht – dalam perbendaharaan bahasa arab sama dengan אח – ach – dan אחות – ‘achowth – dalam perbendaharaan bahasa ibrani untuk saudara laki-laki dan perempuan. Dan terbukti penggunaannya (dalam bibel) tidak hanya berarti saudara dalam pengertian saudara kandung.
Lihat Strong kosakata tersebut dalam Bibel …
No. Strong: 0251
Kata           : אח ‘ach
Pengucapan : awkh
Asal Kata     : a primitive word
Sumber       : TWOT-62a
Jenis           : n m Dalam AV  : brethren 332, brother 269, another 23, brotherly 1, kindred 1, like 1, another 1, other 1
Jumlah    : 629
Definisi Inggris:
1) brother
1a) brother of same parents
1b) half-brother (same father)
1c) relative, kinship, same tribe
1d) each to the other (reciprocal relationship)
1e) (fig.) of resemblance
No. Strong: 0269
Kata      : אחות ‘achowth
Pengucapan: aw-khoth’
Asal Kata : irregular f of 0251
Sumber    : TWOT-62c
Jenis     : n f Dalam AV  : sister(s) 106, another 6, together with + 0802 1, other 1
Jumlah    : 114
Definisi Inggris:
1) sister
1a) sister (same parents)
1b) half-sister (same father)
1c) relative
1c1) (metaph) of Israel’s and Judah’s relationship
1d) beloved
1d1) bride
1e) (fig.) of intimate connection
1f) another
Dalam keterangan strong tersebut, bahkan ‘saudara’ dengan maksud bukan saudara kandung disebut lebih banyak daripada pengertian harfiah tersebut. Itu menunjukkan bukti bahwa penisbatan nama dengan nama orang shalih ataupun nama nabi pada tradisi semitik benar-benar ada dan itu hal yang wajar.
Apa yang hendak disampaikan dari frase ‘Ukhta Harun’ ?
Bila kita mengamati kembali dalam Quran Surah Maryam di atas, kita akan menemui bahwa yang memanggil dengan panggilan ‘Ukhta harun’ itu adalah Bani Israel sendiri. Apakah ada hal yang penting dari penyampaian kembali kisah dialog antara Maryam dan Bani Israel?tentu saja.
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”
Ini ada kaitannya dengan penisbatan nama ‘Isa a.s kepada ibunya, yang biasa kita temui dalam quran dengan ‘Isa Ibn Maryam. Ini sekaligus menjadi klarifikasi bahwa ‘Isa anak maryam itu bukan keturunan pezina, bukan anak haram seperti yang dituduhkan yahudi. Maryam merupakan sepupu dari Elisabeth yang dalam kutipan ayat bibel di atas disebut sebagai keturunan Harun. Dan harun dalam literatur yahudi adalah seorang imam. Keturunan suku Lewi. Dan benarlah Quran bahwa ‘Isa Ibn Maryam adalah keturunan orang suci bukan keturunan pezinah dari raja-raja yehuda, seperti dalam bibel (yang mengacu pada catatan yahudi, yang notabene menistakan ‘Isa a.s.)
Silsilah ‘Isa a.s (a.k.a. Yesus) dalam bibel masih menyimpan kontroversi hingga saat ini. Bahkan silsilah dari jalur Ibu, Maryam, melalui bapaknya Heli/Eli tidak dapat dipertahankan sebagai suatu kebenaran. Bahkan apologi maryam anak Eli disebut suatu kedustaan yang nyata.
Shadaqallahuladziim … Maha benar Allah dengan segala firmanNya.
taken from my post at http://myquran.org/forum/index.php/topic,32049.msg816191.html#msg816191

Keakuratan Quran vs Kesalahan Bibel : Raja dan Fir’aun Mesir

Qur’anic Accuracy Vs. Biblical Error: The Kings & Pharaohs Of Egypt
1. Pendahuluan
Tulisan ini bermaksud untuk meneliti penggunaan gelar “Raja” dan “Firaun” pada masa Abraham (Ibrahim), Yusuf dan Musa yang digunakan baik Alkitab maupun Qur’an.
Raja Mesir kuno selama masa Abraham, Yusuf dan Musa terus-menerus disebut dengan gelar ‘Firaun‘ dalam Alkitab. Tetapi Qur’an, berbeda dengan Alkitab: kerajaan Mesir yang sezaman dengan Yusuf disebut “Raja” (bahasa Arab, Malik ); sedangkan Alkitab sudah menyebutkannya “Firaun”. Sedangkan raja pada zaman Musa, Qur’an berulang kali menyebutnya “Firaun“.
Ketika perbedaan rincian (yang tidak penting) antara yang Alkitabiah dan narasi Qur’an dimengerti secara kontekstual dengan menempatkan mereka secara langsung ke dalam setting egyptological kuno mereka, perpecahan tajam di antara Alkitabiah dan narasi Qur’an muncul. Dengan terus-menerus merujuk pada kerajaan Mesir kuno selama waktu Abraham dan Yusuf sebagai ‘Firaun’, Alkitab menggambarkan setting yang menyalahi zaman, tidak sesuai dengan data Egyptologi. Perbedaan ini secara terperinci antara yang Alkitabiah dan narasi Qur’an kelihatannya mempunyai arti luar biasa seperti yang akan dibicarakan dalam tulisan ini.
2. Penggunaan kata alkitab “Firaun”
Beberapa contoh penggunaan kata Firaun diberikan di bawah, dan dikeluarkan dari cerita Abraham, Yusuf dan Musa.
Firaun pada masa Abraham
Menurut Kitab Kejadian, raja yang sezaman dengan Abraham dipanggil Firaun, dan gelar ini dipakai enam kali di kejadian 12:10-20. Tiga contoh dijelaskan di bawah:
17. Tetapi TUHAN menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun, demikian juga kepada seisi istananya, karena Sarai, isteri Abram itu.
18. Lalu Firaun memanggil Abram serta berkata: “Apakah yang kauperbuat ini terhadap aku? Mengapa tidak kauberitahukan, bahwa ia isterimu?
20. Lalu Firaun memerintahkan beberapa orang untuk mengantarkan Abram pergi, bersama-sama dengan isterinya dan segala kepunyaannya
Firaun pada masa Yusuf
Menurut Kitab kejadian, raja yang memerintah Mesir di waktu Yusuf juga dipanggil sebagai Firaun. Raja disapa sebagai Firaun sembilan puluh kali. Contoh berikut adalah dari Kejadian 41:
14. Kemudian Firaun menyuruh memanggil Yusuf. Segeralah ia dikeluarkan dari tutupan; ia bercukur dan berganti pakaian, lalu pergi menghadap Firaun.
25. Lalu kata Yusuf kepada Firaun: “Kedua mimpi tuanku Firaun itu sama. Allah telah memberitahukan kepada tuanku Firaun apa yang hendak dilakukan-Nya.
46. Yusuf berumur tiga puluh tahun ketika ia menghadap Firaun, raja Mesir itu. Maka pergilah Yusuf dari depan Firaun, lalu dikelilinginya seluruh tanah Mesir.
Firaun pada masa Musa
Menurut Kitab Keluaran, raja yang memerintah Mesir di waktu Musa juga merujuk pada Firaun. Dia disebut sebagai Firaun 128 kali. Tiga contoh dibawah ini:
2:15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.
7:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.
15:19 Ketika kuda Firaun dengan keretanya dan orangnya yang berkuda telah masuk ke laut, maka TUHAN membuat air laut berbalik meliputi mereka, tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut.
Dengan begitu, bagi semua raja, pada masa Abraham, Yusuf dan Musa, Alkitab menggunakan istilah “Firaun” untuk menyebut raja Mesir.
3. Penggunaan kata ‘Raja’ dan ‘Firaun’ dalam Quran
Beberapa contoh penggunaan kata “Raja” dan “Firaun” digambarkan di bawah ini, dan diambil dari kisah Yusuf dan Musa. Tak ada penggunaan seperti itu yang ditemukan di Qur’an pada kisah Abraham.
Raja Mesir pada masa Yusuf
Raja yang memerintah Mesir pada masa Yusuf disebut “Raja” (bahasa Arab, Malik); sedangkan Alkitab sudah menyebutkannya “Firaun”. Qur’an tidak pernah pernah menyebut raja ini sebagai “Firaun.” Dua contoh penggunaan “Raja” kata dari cerita Yusuf dijelaskan di bawah. Kata bahasa Arab bagi ‘Raja’, Malik, ditekankan dalam warna merah dalam  teks arab:
43. Raja (mesir) berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering.” Hai orang-orang yang terkemuka: “Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat mena’birkan mimpi.”
72. Penyeru-penyeru itu berkata: “Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.”
Contoh lebih lanjut penggunaan kata “Raja” selama masa Yusuf bisa ditemukan di Surat Yūsuf. Lihat: 12:43, 12:50, 12:54, 12:72, 12:76
Firaun pada masa Musa
Sebagai raja yang memerintah selama masa Musa , Qur’an berulang kali menyebutnya firaun.
Dua contoh penggunaan kata “Firaun” selama masa Musa ada pada kutipan berikut. Kata Bahasa Arab bagi Firaun, ditekankan dalam warna merah dalam teks arab:
104. Dan Musa berkata: “Hai Fir’aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam,
75. Kemudian sesudah rasul-rasul itu, Kami utus Musa dan Harun kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya, dengan (membawa) tanda-tanda (mukjizat-mukjizat) Kami, maka mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.
4. Egyptology
Apa yang Egyptology modern katakan kepada kita tentang penguasa Mesir dan kapan  mereka dipanggil sebagai Firaun?
Encylopedia Britannica memberitahu kita di bawah kata “Firaun“:
(from Egyptian per ‘aa, “great house”) , originally, the royal palace in ancient Egypt; the word came to be used as a synonym for the Egyptian king under the New Kingdom (starting in the 18th dynasty, 1539-1292 BC), and by the 22nd dynasty (c. 945-c. 730 BC) it had been adopted as an epithet of respect. The term has since evolved into a generic name for all ancient Egyptian kings, although it was never formally the king’s title.
“(dari bahasa Mesir per aa, “rumah besar”), semula, istana kerajaan di Mesir kuno; kata tersebut dipakai sebagai sinonim bagi raja Mesir di bawah New Kingdom (dimulai dinasti ke18, 1539-1292 BC), dan oleh dinasti ke22 (C.945-C. 730 S.M.) sudah dipakai sebagai julukan rasa hormat. Istilah tersebut sudah berkembang ke dalam nama umum bagi semua raja kuno Mesir, walaupun tidak pernah menjadi gelar raja secara formal .
Kebanyakan dari kita tak sadar akan titik kecil ini tetapi sangat penting ini bahwa penguasa Mesir dinamai Firaun hanya di titik new Kingdom. Dengan kata lain, penyebutan semua penguasa Mesir sebagai Firaun tentu saja adalah kesalahan.
5. Kapan Ibrahim, Yusuf dan Musa tinggal di Mesir?
Menurut Alkitab, penguasa Mesir selama masa Abraham (Kejadian 12), Yusuf (Kejadian 41) dan Musa disebut Firaun.
Jika ini (semua) dianggap secara harfiah benar (seperti beberapa Biblicists katakan!) maka seluruh kisah Mesir di Alkitab perlu untuk disusun kembali dari titik New Kingdom. Ini karena penguasa Mesir dinamai Firaun hanya dari titik ini ke depan.
Penyebutan istilah Firaun manapun berkaitan dengan penguasa Mesir sebelum periode ini adalah sebuah kesalahan yang bertentangan dengan sejarah.
Timeline Sejarah Mesir Kuno
Dynasties Dates BCE (approx.) Period Some Royal names associated with Period
4500-3150 Predynastic
1 & 2 3150-2700 Thinite Period Narmer-Menes, Aha, Djer, Hetepsekhemwy, Peribsen
3 – 6 2700-2200 Old Kingdom Djoser, Snofru, Khufu (Cheops), Khafre (Chephren), Menkauhor, Teti, Pepy.
7 – 11 2200-2040 First Intermediate Neferkare, Mentuhotpe, Inyotef
11 & 12 2040-1674 Middle Kingdom Ammenemes, Sesostris, Dedumesiu
13 – 17 1674-1553 Second Intermediate Salitis, Yaqub-Har, Kamose, Seqenenre, Apophis
18 – 20 1552-1069 New Kingdom Ahmose, Amenhotep (Amenophis), Tuthmose (Thuthmosis), Hatshepsut, Akhenaten (Amenophis IV), Tutankhamen, Horemheb, Seti (Sethos), Ramesses, Merenptah
21 – 23 1069-747 Third Intermediate Smendes, Shoshenq, Osorkon, Takelot
24 – 26 747-525 Late Period Piankhy, Taharqa, Psammetichus
27 525-404 First Persian Period Cambyses, Darius, Xerxes, Artaxerxes
28 – 30 404-343 Dynasties 28 – 30 Amyrtaeus, Nepherites, Nectanebo
343-332 Second Persian Period Artaxerxes, Arses, Darius, Khababash
332-395 CE Greco-Roman Alexander the Great, Ptolemy, Cleopatra, Augusts, Tiberius, Nero, Domitian.
KAPAN ABRAHAM MEMASUKI MESIR?

Telah tercatat oleh Noth bahwa para bible scholar tidak menyetujui waktu the Patriarchal Age dan kasus Abraham menjadi  yang paling sering diperselisihkan. Apakah Abraham masuk pada c. 2000 – 1700 BCE (Albright, de Vaux, Glueck, Wright,  dsb.)? Atau ke abad ke-17 BCE (Cornelius dan Rowley)? Atau ke abad ke-14 BCE (Gordon)? K. A. Kitchen telah menyurvei daftar pustaka waktu periode Abraham hidup dengan melihat ke dalam peristiwa utama dan perincian pada cerita Patriarkal dan menghubungkannya dengan riwayat eksternal. Nampaknya bahwa hampir bisa dipastikan  menempatkan Abraham pada c. 2000 – 1700 BCE.  Nampaknya ini juga merupakan pandangan paling luas yang ada dan didukung oleh bukti eksternal. Antara lain, setelah satu bahasan panjang tentang historisitas dari peristiwa sekitar kisah Abraham pada buku dari Kitab kejadian, Anchor Bible Dictionary berkata:

To place Abraham at the beginning of the 2d millennium B.C. is, therefore, sustainable.  

Menurut the Dictionary Of Proper Names And Places In The Bible, di bawah “Abraham”, kita baca:

History of Abraham (ca. 1850 BC)…

Pewaktuan serupa didukung oleh The Lion Handbook To The Bible, New Bible Dictionary, The Eerdmans Bible Dictionary, Harper’s Bible Dictionary, Encyclopedia Of The Bible, The International Standard Bible Encyclopedia dan Pierre Montet.

Satu waktu c. 2000 – 1700 BCE menempatkan Abraham pada suatu masa sesuai dengan waktu di antara the Old Kingdom dan the Middle Kingdom dari kerajaan Mesir masa lampau.
KAPAN YUSUF MEMASUKI MESIR?
Mari kita lihat secara singkat apa hipotesis saat ini mengenai masuknya Yusuf ke Mesir. Ada dua hipotesis yang diketahui. Yang satu ini adalah bahwa dia memasuki Mesir pada masa Hyksos. Hyksos anggota kelompok campuran Semitic-Asiatics yang hidup mapan di Mesir utara selama abad ke18 BC. Sekitar 1630 mereka menggunakan kekuasaan, dan raja Hyksos memerintah Mesir sebagai dinasti ke15 (C.1630-1521 BC). Nama Hyksos dipakai oleh sejarawan Mesir Manetho (fl.300 S.M.), yang menurut sejarawan Yahudi Josephus (fl.Ke-1 abad CE), diterjemahkan sebagai “raja-gembala” atau “gembala tawanan”. Hyksos adalah mungkin istilah Mesir bagi “penguasa negeri asing” (heqa-khase).
Yang kedua ialah bahwa Yusuf masuk ke dalam Mesir pada masa Dinasti ke-12 dari masa Middle Kingdom.
Penguasa pada masa itu dianggap sebagai Sesostris III. Bukan tujuan kita masuk ke dalam penelitian yang terlibat dalam penemuan masa itu. Ada banyak persoalan yang dilibatkan di sini, diantaranya data Egyptology, dan keraguan-raguan apakah penulis Alkitab atau saksi mata yang menulis tentang peristiwa tersebut  atau apakah cerita Yusuf itu diceritakan/ditulis berabad lamanya setelah peristiwa sebenarnya terjadi?
Menariknya, The Interpreter’s Dictionary Of The Bible mengerti beberapa ketidak-sesuaian di data Egyptology mengenai Cerita Yusuf dan menyatakan:
The frank attitude toward the stories about Egypt in Genesis and Exodus is that folk memory had retained the essentials of great Hebrew experience but had later clothed that memory with some details imperfectly recollected and some circumstantial details borrowed from later times and conditions.
Sikap terus-terang terhadap cerita tentang Mesir dalam Kejadian dan Keluaran adalah bahwa ingatan tentang dongeng telah mempertahankan hal-hal yang penting dari pengalaman Yahudi yang luar biasa namun di kemudian hari telah memakaikan memori itu dengan beberapa detail yang diingat dengan tak sempurna dan beberapa detail yang dipinjam tidak langsung dari waktu dan kondisi kemudian.
Kesimpulannya, masuknya Yusuf ke Mesir dapat ditanggali pada The Second Intermediate (c. 1674 – 1553 BCE), satu waktu ketika Mesir diatur Hyksos
KAPAN MUSA MEMASUKI MESIR?

Menempatkan Musa pada sejarah Bangsa Mesir masa lampau bukan sesuatu yang diperselisihkan seperti kasus Abraham. Bible scholar telah mencoba menemukan periode yang diduduki oleh Musa dalam sejarah dan telah menempatkannya pada berbagai titik pada Kerajaan Baru, dari Tuthmose II. (c. 1493 – 1479 BCE) ke Merenptah (c. 1212 – 1202 BCE). Menurut Dictionary Of Proper Names And Places In The Bible, di bawah “Musa”:

Moses career unfolds ca. 1250, the date generally accepted for the Exodus.

Dengan cara yang sama, the Encyclopaedia Judaica mendeskripsikan Musa sebagai seorang:

 … leader, prophet, and lawgiver (first half of the 13th century BCE) 

Pewaktuan ini didukung oleh The Universal Jewish Encyclopedia yang berkata:

The period during which Moses apparently lived was the third or fourth quarter of the 13th cent. BCE; accordingly, Ramses II or Merneptah was the Pharaoh of the Exodus. 

Pewaktuan serupa didukung oleh The Lion Handbook To The Bible, New Bible Dictionary, The Eerdmans Bible Dictionary, Harper’s Bible Dictionary, Encyclopedia Of The Bible, The Interpreter’s Dictionary Of The Bible and The International Standard Bible Encyclopedia.  Scholar seperti Pierre Montet, Kenneth Kitchen dan J. K. Hoffmeier juga menempatkan Musa pada  Periode the New Kingdom.
Intinya, masuknya Yusuf ke dalam Mesir terjadi sebelum penguasa Mesir disebut Firaun. Penggunaan Malik (Raja) lebih tepat daripada Firaun oleh Qur’an melambangkan ketepatan sejarah dengan data yang ada pada kita. Sedangkan menyebut Firaun sebagai seorang penguasa pada saat Yusuf di Kejadian 41 (dan lebih banyak lagi pada masa Abraham di Kejadian 12!) adalah sebuah kesalahan yang bertentangan dengan Sejarah. Dalam kasus Musa, kebanyakan scholar menetapkan peristiwa penindasan dan eksodus pada Periode New Kingdom pada masa Merneptah dan Ramses.
Kesimpulan
Dengan data yang ada pada kita saat ini dari Egyptology, penyebutan Malik (raja) pada masa Yusuf dan Firaun pada masa Musa dalam Quran adalah mengagumkan, amat akurat. Penulis bibel yang menggunakan istilah Firaun pada masa Abraham, Yusuf untuk penguasa Mesir adalah sebuah anakronisme.
terjemahan bebas dari http://www.islamic-awareness.org/Quran/Contrad/External/josephdetail.html
taken from my post at http://myquran.org/forum/index.php/topic,33149.msg864598.html#msg864598